Selasa, 19 Agustus 2025, Selasa Pekan Biasa XX
Bacaan: Hak. 6:11-24a; Mzm. 85:9,11-12,13-14; Mat. 19:23-30
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lubang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah." (Matius 19: 23 – 24).
Seekor unta melewati lubang jarum? Mustahil! Apakah itu berarti orang kaya tidak bisa masuk surga? Tentu saja tidak seperti itu yang dimaksudkan. Yesus juga memiliki teman-teman yang kaya.
Di pintu masuk ke Bukit Bait Suci, ada sebuah gerbang hijau besar yang mengarah ke area Bait Suci kuno. Di gerbang besar ini ada sebuah pintu kecil, cukup tinggi untuk dilewati oleh satu orang. Pintu kecil ini disebut “lubang jarum”.
Ketika, misalnya, seorang pedagang tiba dengan untanya yang penuh muatan pada sore hari, gerbang kota sudah ditutup. Membuka pintu gerbang itu berbahaya karena musuh mungkin mengintai di dekatnya, menunggu pintu gerbang terbuka dan siap meneyergap. Sang pedagang kemudian akan menurunkan barang bawaan dari untanya, membuat untanya berlutut, dan mendorongnya melewati pintu yang sempit. Jadi, unta tersebut dapat melewati “lubang jarum” karena pemiliknya telah menurunkan barang bawaannya terlebih dahulu.

Masalah dengan orang yang mengandalkan harta benda adalah keengganan “melepaskan” diri dari kekayaannya. Ia sering kali tidak dapat melepaskan diri dari hal-hal yang menghalanginya untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah. Kita ingat orang muda kaya yang kita temui dalam Injil kemarin! Ia pergi dengan sedih ketika Yesus memerintahkan, “pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku,” (Mat 19: 21).
Yesus memiliki teman-teman yang kaya. Misalnya Yusuf dari Arimatea, seorang anggota Sanhedrin yang kaya, yang mampu membuat kubur baru yang diukir di atas batu. Tetapi ketika ia melihat Yesus mati di kayu salib, ia tidak ragu-ragu untuk mempersembahkan kubur itu untuk memakamkan Yesus – tentu saja tanpa mengetahui bahwa Yesus akan bangkit pada hari ketiga. Atau kita mendengar tentang Maria Magdalena dan beberapa perempuan kaya yang meninggalkan rumah mereka untuk pergi meneyerta Yesus dan mendukung Dia dan para murid-Nya dengan apa yang mereka miliki.
Baik Yusuf dari Arimatea maupun perempuan-perempuan itu mampu melepaskan diri mereka dan “melewati lubang jarum”. Mengapa tidak mengikuti teladan mereka?
Apakah Anda melekat pada harta benda atau dapat melepaskan diri Anda dengan mudah untuk menolong orang lain?
Tuhan, Engkau adalah teladan terbaik dalam melepaskan diri. Engkau meninggalkan kemuliaan surga dan menjadi salah satu dari kami untuk menyelamatkan kami. Terima kasih atas teladan-Mu dan berilah aku anugerah untuk meneladani-Mu.