Kamis, 23 Oktober 2025, Kamis Pekan Biasa XXIX
Bacaan: Rm. 6:19-23; Mzm. 1:1-2,3,4,6; Luk. 12:49-53.
"Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala!” (Luk 12: 49)
Para murid Yesus menantikan seorang Mesias yang akan menjadi penakluk yang mulia, seorang raja yang akan membawa damai dan kemakmuran. Namun, Yesus berbicara tentang penghakiman, penderitaan, dan perpecahan. Semua itu bukanlah zaman keemasan yang mereka harapkan.
Api, dalam bahasa Kitab Suci, adalah simbol penghakiman. Yesus mengingatkan kita bahwa kedatangan-Nya menuntut pilihan, dan Sabda-Nya membakar habis ilusi dan keamanan palsu. Seperti api, Ia membersihkan dan mengungkapkan apa yang benar. Kita mungkin ingin melunakkan ketajaman kata-kata Yesus, tetapi kata-kata-Nya selalu membawa kita pada satu titik di mana kita harus membuat keputusan.
Yesus berbicara tentang “baptisan”-Nya. Ia tidak berbicara tentang air di mana ia dibenamkan atau dibaptis, tetapi tentang penderitaan di mana Ia akan bembenamkan diri — baptisan Salib. Ia sepenuhnya menyadari apa yang akan datang, namun Ia berjalan menuju sengsara itu dengan sukarela, karena cinta. Inilah paradoks iman Kristen: Sang Raja menang dengan mengorbankan hidup-Nya.
Akhirnya, Yesus menjelaskan bahwa kedatangan-Nya akan menimbulkan perpecahan. Kita memahami betapa hal ini sungguh benar, karena keluarga, teman, dan bangsa dapat terpecah karena pilihan untuk mengikuti atau menolak Kristus. Kesetiaan kepada-Nya harus didahulukan di atas semua hubungan lainnya.
Pertanyaan bagi kita hari ini sederhana namun menantang: Apakah aku membiarkan api Kristus membersihkan hatiku? Apakah aku menerima salib-Nya sebagai jalan menuju kehidupan? Apakah aku bersedia memilih Kristus, bahkan ketika itu berarti aku harus mengorbankan diriku?
Yesus bukanlah Sang Pemenang yang jauh. Dia adalah Raja, yang mahkota-Nya adalah anyaman duri dan takhta-Nya adalah salib. Dia mengundang kita untuk berbagi kemenangan-Nya — bukan dengan menghindari api yang dinyalakan-Nya, tetapi dengan melaluinya bersama-Nya.
Tuhan, berilah aku anugerah untuk tetap mengarahkan diri kepada-Mu dan kehendak-Mu serta memilih Engkau di atas segala sesuatu dalam hidup ini. Ketika imanku ditantang, beri aku keberanian dan kekuatan untuk tetap teguh dalam kasih-Mu. Amin.

