Rabu, 22 Oktober 2025, Rabu Pekan Biasa XXIX
Bacaan: Rm. 6:12-18; Mzm. 124:1-3,4-6,7-8; Luk. 12:39-48.
“Siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana yang akan diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas semua hambanya untuk memberikan makanan kepada mereka pada waktunya? Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang,” [Luk 12: 42 – 43]
Bacaan Injil hari ini menyajikan perumpamaan tentang hamba yang setia dan bijaksana serta yang jahat (tidak setia). Seorang hamba yang setia, membawa keteraturan dan kehidupan. Hamba yang tidak setia menyalahgunakan kekuasaannya dan lupa bahwa tuannya pasti akan kembali.
Hamba yang tidak setia membuat dua kesalahan serius. Pertama, ia percaya bahwa ia dapat melakukan apa pun yang ia inginkan karena tuannya sedang tidak ada. Namun, pada kenyataannya, Allah tidak pernah absen. Tidak ada bagian dari hidup kita — baik yang publik maupun pribadi — di mana Dia tidak hadir.
Kedua, ia berpikir bahwa ia memiliki banyak waktu untuk memperbaiki kesalahannya, meskipun Yesus telah memperingatkan kita untuk siap karena Anak Manusia akan datang secara tiba-tiba. Ilusi ‘hari esok’ — untuk memaafkan, berdoa, bertobat atau berubah — mungkin tidak pernah datang.
Ada tiga hal yang dapat menjadi pelajaran bagi kita:
Pertama, hargai waktu. Waktu adalah salah satu harta terbesar yang diberikan kepada kita, namun ia begitu mudah terlepas dari tangan kita. Kita mencoba menyamarkan berlalunya waktu, namun waktu lah yang memungkinkan kita belajar, tumbuh, dan bersiap. Jangan sia-siakan waktu. Gunakanlah dengan baik dan bijak — untuk cinta, untuk pelayanan, untuk Allah.
Kedua, hiduplah setiap hari sebagai anugerah. Kematian pasti datang, namun waktunya tidak diketahui. Jadi, hiduplah hari ini seolah-olah adalah hari pertama dan terakhirmu — bebas dari kekecewaan, bebas dari keluhan.
Ketiga, jadilah orang yang bertanggung jawab. Hidup bukanlah kepunyaan kita untuk dimiliki; kita adalah pengelola, administrator dari apa yang Tuhan percayakan kepada kita. Bakat kita, hubungan kita, iman kita — semua itu dipercayakan kepada kita untuk dikelola dengan baik. Jangan sia-siakan semua itu pada hal-hal sepele yang tidak memberikan buah, tetapi investasikanlah pada hal-hal yang memberi kehidupan dan harapan bagi sesama.
Tuhan, semoga kami menjadi hamba-hamba yang setia, yang mengelola dengan baik segala hal yang telah Engkau percayakan kepada kami. Amin.

