Kamis, 14 Agustus 2025, Peringatan Wajib St. Maksimilianus Maria Kolbe
Bacaan: Yos. 3:7-10a;11:13-17; Mzm. 114:1-2,3-4,5-6; Mat. 18:21-19:1.
“Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.” (Mat 18: 21 – 22).
Ada sebuah lagu berjudul “Leaves” yang dinyanyikan oleh Ben&Ben. Sebagian liriknya berbunyi, “You never really love someone until you learn to forgive. Kamu tidak benar-benar mencintai seseorang sampai kamu belajar untuk mengampuni.” Sungguh, tidak ada cinta tanpa pengampunan. Dalam Bacaan Injil hari ini Yesus ingin agar kita memahami arti sejati dari pengampunan. Ajaran para rabi mengatakan bahwa orang harus memaafkan musuh mereka tiga kali — tetapi Petrus ingin mengalahkan mereka. Barangkali Petrus merasa hebat dengan mengajukan pertanyaan: “Berapa kali aku harus mengampuni…. Sampai tujuh kali?” Namun Tuhan dengan jelas menunjukkan bahwa pengampunan tidak mengenal batas, tidak ada syarat, dan tidak menghitung-hitung kesalahan. Menjadi orang yang mampu mengampuni juga memungkinkan kita untuk berbagi pengalaman pengampunan Tuhan dengan orang lain.
Tuhan mengharapkan kita untuk mengampuni sebagai buah dari pengampunan yang kita terima. Itu serupa dengan kita yang basah setelah kita berenang dan menyelam ke sebuah danau. Ketika kita merendam diri dalam air, tentu saja akan basah. Demikian pula dengan anugerah pengampunan: anugerah itu magnetis dan indah. Ketika Allah membenamkan Anda dalam anugerah-Nya dan menyelamatkan hidup Anda secara kekal melalui anugerah itu, Anda akan dipenuhi dengan anugerah itu sendiri. Hidup Anda akan penuh dengan anugerah dan kebenaran, yang akan Anda bagikan kepada orang lain. Allah membenamkan kita dalam anugerah pengampunan, tentu kita dipenuhi oleh anugerah itu. Allah mengampuni kita dan kita mengampuni orang lain. Pengampunan harus menjadi cara hidup dan tabiat kita.
Kita baca tentang raja dalam perumpamaan yang disampaikan oleh Yesua, raja itu adalah Allah sendiri. Dia telah disakiti oleh umat manusia yang berdosa dan yang lebih dahulu menawarkan pengampunan kepada hamba-hamba-Nya yang tidak tahu diri, yaitu kita. Ketika kita menolak untuk mengampuni orang lain seperti hamba yang tidak mau. mengampuni, kita menempatkan diri kita di luar kasih karunia dan belas kasih Kristus yang telah mengampuni kita, dan apa yang kita lakukan akan kembali kepada kita. Yesus mengatakannya dengan cara ini dalam Doa Bapa Kami, “dan ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami.”
Pengampunan adalah jalan Salib. Sebagai murid-murid Yesus, mengampuni orang lain sebagaimana kita telah diampuni, adalah menabur kuasa kasih dan pengampunan Allah ke dalam dunia yang sangat membutuhkan penyembuhan. Ada orang-orang yang menderita luka secara emosional dan mental, tetapi luka-luka itu tidak akan sembuh tanpa memaafkan orang lain maupun memaafkan diri sendiri. Pengampunan menyembuhkan kita, dan menyembuhkan orang lain.
CS Lewis pernah berkata, “To be a Christian is to forgive the inexcusable because God has forgiven the inexcusable in you. Menjadi seorang Kristen berarti mengampuni hal-hal yang tidak dapat diampuni karena Allah telah mengampuni hal-hal yang tidak dapat diampuni dalam dirimu.” Itulah kehendak Allah bagi kita untuk mengampuni musuh-musuh kita. Dengarkan apa yang dikatakan Santo Petrus: “Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat.” (1 Pet 3:9).
Ketika seseorang (sungguh-sungguh) menyakiti anda, apakah anda bersedia mengampuninya?
Ya Hati Yesus yang Mahapengampun, jadikan hati kami seperti hati-Mu.