hamba tak berguna

Kami adalah Hamba-Hamba Tak Berguna

Selasa, 11 November 2025, Peringatan Wajib St. Martinus dari Tours
Bacaan: Keb. 2:23 – 3:9Mzm. 34:2-3,16-17,18-19Luk. 17:7-10.

“Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan," [Luk 17: 10]

Injil hari ini mungkin terdengar menantang pada awalnya: Yesus mengajarkan kepada murid-murid-Nya bahwa mereka harus menunaikan tugas mereka tanpa mencari pengakuan atau imbalan atas usaha mereka. “Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.” Namun, di balik kata-kata ini terdapat pelajaran tentang kerendahan hati, kegembiraan, dan pelayanan yang sejati.

Pertama, Yesus mengingatkan kita bahwa menjadi murid bukanlah tentang memperbanyak aktivitas, seolah-olah kesibukan saja yang akan menyelamatkan kita. Yang paling bernilai adalah kesetiaan — melakukan apa yang Tuhan minta dari kita, bukan segala hal yang kita bayangkan atau inginkan. Terkadang kita menjadi lelah dengan banyak hal baik yang sebenarnya bukan tugas kita. Pelayanan sejati adalah mendengarkan, membedakan, dan melaksanakan tugas kita dengan cinta.

Kedua, Yesus mengajarkan kita untuk tidak mengeluh atau menjadikan diri kita “korban” di hadapan kewajiban. Hidup membutuhkan usaha, pengorbanan, dan ketekunan. Ketika kita menerima tanggung jawab kita dengan kesabaran, semua itu menjadi jalan kasih karunia, bukan rantai kepahitan.

Akhirnya, Injil memanggil kita untuk melayani dengan kerendahan hati. Pelayanan bukanlah tentang pengakuan atau imbalan, tetapi tentang kasih. Allah menyatakan diri-Nya dalam tugas-tugas kecil dan biasa setiap hari — dalam tindakan kebaikan dalam diam tanpa gembar-gembor, pengorbanan yang tersembunyi, dan gestur perhatian yang tidak diperhatikan. Menjadi murid bukanlah mencari kemuliaan bagi diri sendiri, tetapi melayani dengan sukacita untuk kemuliaan Allah.

Yesus tidak merendahkan martabat kita ketika Ia menyebut kita “hamba yang tak berguna.” Sebaliknya, Ia mengundang kita untuk menemukan kebenaran yang paling dalam: bahwa segala sesuatu yang kita miliki adalah anugerah, dan pelayanan adalah ungkapan syukur kita terhadap kasih Allah. Ketika kita melayani dengan rendah hati, kita menemukan kebebasan dan damai, karena dengan memberikan diri tanpa mencari imbalan, kita berbagi sepenuhnya dalam hidup Kristus.

Hari ini kita peringati St. Martinus dari Tours. Lahir di Sabaria, Pannonia (sekarang: Szombathely, Hungaria Barat) pada tahun 335 sebagai putera seorang perwira Romawi, Martinus diharapkan oleh ayahnya untuk menjadi perwira Romawi. Namun, ketika ia berumur 10 tahun ia dengan diam-diam belajar agama Kristen tanpa sepengetahuan orang tuanya. Memang ia akhirnya menjadi seorang tentara Romawi dengan pangkat tinggi, namun semua ia tinggalkan untuk menjadi “tentara Kristus.”

st martin of tours

Sesudah itu ia menjadi murid Santo Hilarius, Uskup Poiters. Setelah beberapa lama dididik oleh Santo Hironimus, ia ditahbiskan menjadi imam dan diutus ke Illirikum, Yugoslavia untuk mewartakan Injil di sana. Tetapi karena ia mendapat banyak tantangan dari para penganut aliran sesat Arianisme, maka ia mengundurkan diri dan hidup bertapa di sebuah pulau dekat pantai selatan Prancis. Kemudian ia bergabung lagi dengan Santo Hilarius dan mendirikan sebuah biara di Liguge, Prancis. Inilah biara pertama di Prancis. Di dalam biara ini ia menjadi pembimbing bagi rahib-rahib lain yang ingin mengikuti jejaknya.

Kemudian pada usia 55 tahun, ia ditahbiskan menjadi Uskup Tours. Ia tidak mempunyai istana yang istimewa, hanya sebuah bilik sederhana di samping sakristi gereja. Bersama rahib-rahibnya, Martinus giat mewartakan Injil. Kotbah-kotbahnya diteguhkan Tuhan dengan banyak mujizat. Dengan berjalan kaki, naik keledai atau dengan perahu layar ia mengunjungi semua desa di keuskupannya. Ia tak gentar menghancurkan tempat-tempat pemujaan berhala, dan tanpa takut-takut menentang praktek hukuman mati yang dijatuhkan kaisar terhadap tukang-tukang sihir dan penyebar ajaran sesat. Itulah sebabnya ia tidak disukai oleh orang-orang Kristen yang fanatik. Tetapi Martinus tetap pada pendiriannya: menjunjung tinggi keadilan dan menentang sistim paksaan. Martinus adalah salah seorang dari para kudus yang bukan martir. Ia meninggal dunia pada tanggal 8 Nopember 397. Semoga kita juga dapat meneladan pemberian diri dan kesederhanaan St. Martinus. Bersama dia mari dengan rendah hati kita berkata: “Lord, if your people need me, I will not refuse the work. Your will be done. Tuhan, jika umat-Mu membutuhkanku, aku tak akan menolak untuk bekerja. Kehendak-Mu jadilah!”

Allah Bapa kami, tanpa jasa apa pun dari kami, Engkau telah memanggil kami menjadi anak-anak-Mu, melalui Putera-Mu yang setia dan hamba-Mu, Yesus Kristus. Berikanlah kepada kami kerendahan hati agar kami tidak menganggap anugerah ini sebagai hak istimewa atau penghargaan, tetapi sebagai kepercayaan dan tanggung jawab untuk melayani-Mu melalui sesama manusia dan untuk memperkenalkan kasih-Mu kepada semua orang. Amin.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *