who do you say that i am

Menurut Kamu Siapakah Aku

Jumat, 26 September 2025, Jumat Pekan Biasa XXV
Bacaan: Hag. 2:1b-10Mzm. 43:1,2,3,4Luk. 9:18-22.

Pada suatu kali ketika Yesus berdoa seorang diri, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Lalu Ia bertanya kepada mereka: "Kata orang banyak, siapakah Aku ini?" Jawab mereka: "Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit." Yesus bertanya kepada mereka: "Menurut kamu, siapakah Aku ini?" Jawab Petrus: "Mesias dari Allah." Lalu Yesus melarang mereka dengan keras, supaya mereka jangan memberitahukan hal itu kepada siapapun. (Luk 9: 18 – 21)

Momen dalam Injil Lukas ini merupakan salah satu titik balik dalam kehidupan Yesus di bumi. Saat Ia mengarahkan wajah-Nya ke Yerusalem, mengetahui bahwa salib menanti-Nya, Ia mengajukan pertanyaan yang sangat penting kepada murid-murid-Nya: “Menurut kamu, siapakah Aku ini?”

Jawaban Petrus, “Engkau adalah Mesias Allah,” bukan sekadar pernyataan iman. Itu adalah suatu terobosan, cahaya yang bersinar di kegelapan. Yesus tidak bekerja sia-sia. Meskipun murid-murid-Nya belum sepenuhnya memahami segala sesuatu, benih kebenaran telah ditanam, api telah dinyalakan di hati mereka dan tidak akan pernah padam.

Namun, Petrus, seperti yang lain, masih harus belajar apa arti kebenaran itu. Mereka bermimpi tentang seorang Mesias yang akan menaklukkan dengan kekuatan, memimpin mereka menuju kemenangan, dan memulihkan kemuliaan Israel. Namun, Yesus harus membalikkan harapan mereka agar mereka dapat melihat bahwa cara Allah bukanlah cara penaklukan duniawi, melainkan cinta yang mengorbankan diri.

Injil ini meninggalkan kita dengan dua kebenaran besar.

Pertama, iman selalu bersifat pribadi. Tidak cukup hanya mengulang apa yang orang lain katakan tentang Yesus. Setiap dari kita harus menjawab pertanyaan-Nya sendiri: “Menurut kamu, siapakah Aku?” Kristianitas bukan sekadar mengetahui ajaran-ajaran; melainkan mengenal seorang Pribadi. Seperti Santo Paulus, kita dipanggil untuk berkata, “Aku tahu kepada siapa aku percaya” (2 Tim 1:12).

Kedua, menjadi murid berarti hidup sesuai dengan kehendak Allah. Yesus sering berkata, “Aku harus” — “Aku harus berada di rumah Bapa-Ku” (Luk 2:49), “Aku harus memberitakan Kerajaan” (Luk 4:43), “Aku harus melanjutkan perjalanan-Ku” (Luk 13:33), dan akhirnya, “Anak Manusia harus menderita banyak hal” (Luk 9:22). Seluruh hidup-Nya dibentuk oleh kata “harus” itu: oleh ketaatan pada rencana Bapa-Nya.

Demikian pula bagi kita: mengikuti Kristus berarti hidup dengan “keharusan” suci yang sama. Kita adalah orang-orang yang berada di bawah perintah — bukan perintah dunia, tetapi perintah kasih Allah.

Tuhan, semoga kami semakin mengenal Engkau secara pribadi dan terus belajar dari-Mu untuk berkomitmen melayani Allah dan sesama, tanpa syarat apa pun. Amin.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *