Senin, 28 Juli 2025, Senin Pekan Biasa XVII
Bacaan: Kel. 32:15-24,30-34; Mzm. 106:19-20,21-22,23; Mat. 13:31-35
“Hal Kerajaan Sorga itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya. Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar dari pada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya,” (Mat 13: 31b – 32).
Injil hari ini mengingatkan kita bahwa Kerajaan Allah seringkali dimulai dengan cara yang tersembunyi, hening, dan sederhana. Ia menggunakan dua perumpamaan sederhana, biji sesawi dan ragi, untuk menunjukkan bagaimana sesuatu yang tampaknya kecil dan sepele dapat bertumbuh dan mengubah segalanya.
Kita hidup dalam dunia yang merayakan sesuatu yang hebat dan besar serta hasil instan. Namun, Yesus mengajak kita untuk kembali pada kesederhanaan, untuk menyadari kuasa dari hal-hal kecil. Perkataan yang baik, tindakan dalam kesabaran, doa yang rendah hati, semua itu adalah benih Kerajaan Allah. Seperti biji sesawi, benih-benih itu tumbuh dengan tenang dan mantap, seringkali tanpa disadari, tetapi menghasilkan buah yang luar biasa pada waktunya.
Ragi juga kecil dan tersembunyi di dalam adonan, tetapi tanpanya, tepung tetap hambar. Iman kita harus seperti ragi ini: rendah hati, tersembunyi, namun aktif, yang mampu mengubah bukan hanya hati kita, tetapi juga rumah, tempat kerja, dan masyarakat kita. Hal ini mengingatkan kita bahwa kasih karunia Allah bekerja dari dalam, bukan dengan pamer, melainkan melalui kasih yang dihayati dalam keheningan dan pelayanan.
Kerajaan Allah tidak membutuhkan kefasihan atau gengsi untuk diberitakan. Kerajaan itu dimaklumkan dalam kehidupan sehari-hari: berbagi zmakanan dengan sukacita, memperlakukan orang lain dengan lemah lembut, mendampingi mereka yang menderita. Anda tidak perlu menjadi seorang teolog untuk mewartakan Injil. Anda hanya membutuhkan hati yang mau mendengar dan tangan yang mau melayani.
Mari kita renungkan bagaimana kita dapat menanam benih-benih iman kecil di sekitar kita. Mungkin melalui percakapan sambil minum kopi, unggahan di media sosial, atau sekadar menjadi lebih sabar dan baik hati. Marilah kita memohon kepada Tuhan iman untuk percaya pada hal-hal kecil dan tersembunyi, dan keberanian untuk menjadi penabur Kerajaan dalam kesetiaan dan ketekunan, melalui senyuman, perkataan, tindakan sederhana.
Tuhan, karuniakan kepadaku ketekunan dan kesetiaan menabur benih Kerajaan-Mu. Amin.