Rabu, 19 November 2025, Rabu Pekan Biasa XXXIII
Bacaan: 2Mak. 7:1,20-31; Mzm. 17:1,5-6,8b,15; Luk. 19:11-28.
“Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota.” [Luk 19: 17]
Dalam Injil hari ini, Yesus menceritakan sebuah perumpamaan tentang seorang bangsawan yang mempercayakan sejumlah uang (mina) kepada hamba-hambanya sebelum berangkat untuk dinobatkan sebagai raja. Ketika ia kembali, ia memberi ganjaran kepada mereka yang telah mengelola mina yang dipercayakan kepada mereka dengan baik — dan menghukum orang yang menyembunyikan mina yang dipercayakan kepadanya karena takut.
Perumpamaan ini mengingatkan kita pada kebenaran yang sederhana namun mendalam: Allah mempercayai kita. Ia mempercayakan karunia, kesempatan, dan orang-orang dalam pemeliharaan kita — dan kemudian Ia memberi kesempatan kepada kita untuk bertindak dengan bebas. Allah tidak mengendalikan pilihan kita seperti seorang dalang yang memainkan wayang; Ia memberi kita kebebasan karena Ia percaya pada kita. Hal terbaik tentang Allah kita adalah bahwa Ia mempercayai kita.
Setiap dari kita telah menerima sesuatu dari-Nya — waktu, iman, talenta, belas kasihan, dan mungkin berkat materi. Yang paling penting bukanlah seberapa banyak yang kita miliki, tetapi bagaimana kita menggunakan apa yang kita miliki. Hamba-hamba yang setia dalam Injil dihargai bukan karena kesuksesan duniawi, tetapi karena kesetiaan dan keberanian mereka. Kesetiaan mereka dalam hal-hal kecil membawa mereka pada tanggung jawab yang lebih besar.
Injil juga memperingatkan kita bahwa tidak berbuat apa-apa bukanlah pilihan. Ketakutan dapat melumpuhkan kita — ketakutan akan kegagalan, kritik, atau mengambil risiko demi Injil. Menyembunyikan karunia kita adalah membuang kepercayaan yang Allah tempatkan pada kita. Seperti yang Yesus ajarkan, “Kepada mereka yang mempunyai, lebih banyak lagi akan diberikan.” Pertumbuhan iman hanya terjadi melalui penggunaan — dengan mencintai, melayani, dan memberikan diri kita.
Tidak ada yang namanya diam di tempat dalam kehidupan Kristen. Kita entah bertumbuh atau meredup dan padam. Mari kita hidup setiap hari sebagai pengurus yang setia atas karunia Allah, menggunakan apa yang telah kita terima untuk membangun Kerajaan-Nya — dengan sukacita, keberanian, dan hati yang penuh kepercayaan.
Seorang guru bijak bertanya kepada murid-muridnya: “Tempat manakah yang paling kaya di bumi?” Para murid menjawab dengan menyebut berbagai kota di bumi. Guru itu menolak semua jawaban mereka dan berkata, “Tempat yang paling kaya di bumi adalah kuburan. Di sana terkubur banyak bakat dan potensi yang tak pernah diwujudkan.”
Tuhan, mampukan kami menjadi pengurus-pengurus yang baik dan setia atas karunia-karunia yang Engkau percayakan kepada kami. Amin.

