nabi rasul berbahaya

Menjadi Nabi dan Rasul itu Berisiko

Kamis 16 Oktober 2025, Kamis Pekan Biasa XXVIII
Bacaan: Rm. 3:21-30Mzm. 130:1-2,3-4b,4c-6Luk. 11:47-54.

“Aku akan mengutus kepada mereka nabi-nabi dan rasul-rasul dan separuh dari antara nabi-nabi dan rasul-rasul itu akan mereka bunuh dan mereka aniaya, supaya dari angkatan ini dituntut darah semua nabi yang telah tertumpah sejak dunia dijadikan,” (Luk 11: 49 – 50)

Hari ini, Yesus dengan tegas menentang mereka yang membangun monumen untuk para nabi sambil pada saat yang sama menolak pesan mereka. Lebih mudah menghormati nabi dari masa lalu daripada mendengarkan nabi di masa kini. Mengapa? Karena nabi yang sejati mengganggu kita; mereka mengungkapkan kesombongan kita dan memanggil kita untuk berubah.

Kita sering menggunakan tiga senjata melawan para nabi. Yang pertama adalah ejekan: kita mengejek atau meremehkan orang yang menantang kita. Yang kedua adalah pengabaian: kita mengabaikan mereka, menutup telinga, dan menolak pesan mereka. Yang ketiga adalah kesombongan: kita melindungi diri dengan kebanggaan, berkata, “, Emangnya kamu itu siapa koq berani-beraninya mengoreksi aku?” Tetapi ketika kita bertindak seperti ini, kita menutup diri dalam gelembung kesombongan diri dan melewatkan undangan Allah untuk bertobat.

Yesus mengingatkan kita bahwa setiap generasi akan dimintai pertanggungjawaban. Kata-kata dan tindakan kita penting; kita tidak bisa hanya mencuci tangan seperti Pilatus. Kita bertanggung jawab di hadapan Allah dan di hadapan saudara-saudari kita. Baiklah kita bertanya: kesalahan apa yang telah saya abaikan atau tolak untuk diakui? Hari ini Tuhan memanggil kita untuk meletakkan ego dan kesombongan, dan untuk menemukan kembali hati-Nya yang penuh belas kasihan, yang membuat kita baru.

Akhirnya, Yesus memperingatkan kita agar tidak menghalangi jalan orang lain. Terkadang, tanpa sadar, kita menempatkan diri kita di pusat dan menarik orang-orang kepada diri kita sendiri daripada kepada Kristus. Kita harus ingat bahwa Kristianitas bukanlah tentang mengikuti pribadi-pribadi, tetapi tentang mengikuti Yesus. Tugas kita sederhana: hidup dengan kerendahan hati, berdoa dengan ketulusan, dan terus menghantar orang lain kepada-Nya.

Tuhan, karuniai kami kesederhanaan, keberanian, dan pertanggungjawaban. Semoga kami menghormati para nabi tidak hanya dengan kata-kata atau monumen, tetapi dengan menerima panggilan mereka untuk hidup dalam kebenaran, keadilan, dan kasih. Amin.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *