Sabtu, 18 Oktober 2025, Pesta St. Lukas Penulis Injil
Bacaan: 2Tim 4:10-17b; Mzm 145:10-11.12-13ab.17-18; Luk 10:1-9.
“Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu..” (Luk 10: 2)
Nama Lukas (Latin: Lūcās, Yunani kuno: Λουκᾶς, Loukãs) berarti ‘pembawa terang’ dan dia adalah salah satu orang yang paling awal bertobat menjadi Kristen. Ia lahir dari orang tua Yunani di Antiokhia dan mungkin adalah seorang budak. Dia adalah seorang dokter, profesi yang kemungkinan ia pelajari di Antiokhia dan Tarsus. Kemungkinan besar dia adalah seorang dokter kapal. Lukas menjadi murid, rekan kerja dan pada saat yang sama, teman setia Santo Paulus selama dua kali pemenjaraannya. Dia juga kita kenal sebagai sejarawan Perjanjian Baru. Ia mencatat baik karya-karya Kristus maupun para Rasul. Meskipun bukan saksi mata dari kehidupan Tuhan kita, sebagai Penginjil ia dengan teliti dan cermat mengumpulkan informasi dari mereka yang telah mengikuti atau mendengarkan Yesus dari Nazaret dan menulis segala sesuatu secara berurutan.
Tulisannya dalam bahasa Yunani sangat dikagumi. St. Clement dari Alexandria, St. Hieronimus dan St. Thomas Aquinas menyatakan bahwa, dialah yang menerjemahkan Surat Ibrani, yang ditulis dalam bahasa orang Kristen Yerusalem, ke dalam bahasa Yunani yang mengagumkan.
Menurut tradisi Lukas meninggal tahun 84 di Boeotia, Yunani. Beberapa cerita mengatakan dia mati sebagai martir, tapi ada juga mengatakan bahwa ia tidak mati sebagai martir. Makamnya terletak di Thebes, Yunani, dari mana kemudian sebagian relikuinya dipindahkan ke Konstantinopel pada tahun 357. Setelah Konstantinopel jatuh ke tangan Ottoman Turki, relikui tersebut dibeli oleh raja George dari Serbia. Saat Serbia kemudian juga ditaklukkan oleh Ottoman, relikui St. Lukas diselamatkan ke Venesia, Italia.
Pada tahun 1992 Uskup Agung Gereja Orthodox Yunani wilayah Athena dan seluruh Yunani, atas nama Gereja Katholik Orthodox Yunani, memohon pada Uskup Venecia, Antonio Mattiazzo di Padua agar relikui St. Lukas dapat dipulangkan dan ditempatkan kembali di makamnya. Permintaan ini dikabulkan oleh Gereja Katolik Roma. Uskup Padua kemudian mengirimkan reliqui itu ke Keuskupan Metropolitan Athena sebagian relikui St. Lukas untuk disimpan kembali di makamnya di Thebes. Dengan demikian saat ini reliqui St. Lukas terbagi di tiga tempat: sebagian di biara St. Giustina di Padua, sebagian di Katedral St. Vitus di Praha, dan sebagian lain di makamnya di Thebes, Yunani.
Salah satu keutamaan yang dimiliki St. Lukas adalah kerendahan hati. Ini ditunjukkan ketika dia menulis Kisah Para Rasul sebagai lanjutan dari Injilnya. Lukas yang rendah hati tidak pernah menyebut dirinya sendiri. Dengan menggunakan kata “kami” bukan “dia” atau “mereka”, kita dapat mengenali kehadirannya dalam adegan kehidupan Santo Paulus yang dia gambarkan. Dengan demikian kita menemukan bahwa ia berlayar bersama Paulus dan Silas dari Troas ke Makedonia, di mana ia tampaknya tinggal di Filipi selama tujuh tahun. Akhirnya, setelah tinggal di dekat Santo Paulus selama dia dipenjarakan di Palestina, dia menemaninya, masih sebagai seorang tahanan, ketika dia dipindahkan ke Roma. Demikianlah kisah tentang kapal karam dan bahaya dari perjalanan yang tak terlupakan itu, diceritakan dalam Kisah Para Rasul Bab 27 yang tidak boleh kita lewatkan, bersama dengan keempat Injil. Dia kemudian menceritakan dua tahun pemenjaraan pertama Santo Paulus, yang berakhir dengan pembebasannya.
Satu lagi keutamaannya adalah kesediaannya untuk menjadi alat Tuhan dalam menyebarkan Injil tentang Kerajaan Allah. Dia tidak melewatkan kesempatan untuk menjadi misionaris. Ini dimulai ketika dia bertemu St. Paulus di Troas dan menginjili Yunani dan Roma bersamanya, mengalami peristiwa kapal karam dan bahaya lainnya dalam perjalanan ke Roma dan tinggal di Roma selama dua tahun pemenjaraan Paulus.
Sering kita beranggapan bahwa tugas “menuai panenan” menjadi tanggungjawab para imam dan religius. Akan tetapi itu adalah panggilan universal bagi setiap orang Kristen. Masing-masing dari kita dipanggil untuk mewartakan Kabar Baik, menggunakan anugerah-anugerah yang diberikan oleh Tuhan dalam konteks kehidupan kita masing-masing.
Seperti tujuh puluh dua murid dalam Injil hari ini, Yesus juga memanggil kita sekarang. Apakah kita akan menanggapi panggilan itu dengan sepenuh hati seperti Lukas atau mengabaikannya? Namun ingat, dengan baptisan, kita ambil bagian dalam perutusan Kristus. Dengan baptisan kita menerima tri-tugas Kristus: sebagai imam, nabi dan raja (pemimpin-pelayan). Kita dapat menjadi misionaris di mana pun kita berada baik di rumah, di tempat kerja kita atau di tempat lain.
Evangelisasi itu bukan hanya berdimensi geografis. Di atas semua itu, menyentuh pikiran dan hati banyak orang, amatlah penting. Sering kali, mengubah pikiran dan hati ini memakan waktu dan tenaga yang lebih banyak, membutuhkan dedikasi yang lebih tinggi. Mari, seperti St. Lukas, kita bawa TERANG di manapun kita berada, sesuai dengan anugerah-anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita, dan sesuai konteks kehidupan kita masing-masing.
Tuhan Allah kami, penginjil Lukas menggambarkan dengan hangat Putera-Mu Yesus Kristus sebagai penyembuh penyakit umat manusia, dan sahabat serta penolong orang miskin. Semoga Santo Lukas membuka mata kami terhadap kebutuhan orang miskin dan tak berdaya dan menolong kami untuk mengasihi, memahami dan memperhatikan mereka, serta membawa sukacita dan pembebasan bagi mereka. Amin.