Senin, 8 September 2025, Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria
Bacaan: Mi 5:1-4a atau Rm 8:28-30; Mzm 13:6ab.6cd; Mat 1:1-16.18-23.
“Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka,” [Mat 1: 21]
Kita rayakan hari ini Pesta Kelahiran St. Perawan Maria. Mungkin kita bertanya, apakah Santa Perawan Maria memang lahir tanggal 8 September? Kelahiran Maria dirayakan pada 8 September karena tanggal tersebut dipilih untuk menandai dimulainya karya keselamatan Allah, sembilan bulan setelah perayaan Maria Dikandung Tanpa Noda (8 Desember), sebuah tanggal yang berakar pada tradisi Gereja Timur dan telah diadopsi oleh Gereja Katolik Roma. Pesta ini juga merupakan pengakuan iman Gereja akan peran Maria dalam sejarah keselamatan, sebagai “fajar” yang membawa harapan baru dan Sang Juru Selamat, Yesus Kristus.
Dengan perayaan ini Gereja mengajak kita untuk bersukacita atas kelahiran dia yang melaluinya rencana keselamatan Allah mulai menjadi kenyataan. Dalam kelahiran Maria, sesuatu yang begitu kecil, begitu tersembunyi, menjadi pintu gerbang menuju sesuatu yang luas dan indah. Inilah cara Allah: segala sesuatu dimulai dari yang kecil.
Nabi Mikha mengingatkan kita: “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel.” Allah memilih yang kecil, rendah hati, dan tersembunyi untuk melakukan karya besar. Dari desa kecil Betlehem datanglah Penyelamat. Dari kehidupan kecil dan suci Maria datanglah Sang Raja Damai. Dalam kekecilannya, Allah membuka cakrawala rekonsiliasi dan persatuan bagi dunia.
Kelahiran Maria tidak disertai dengan pertunjukan besar atau tanda-tanda ajaib. Ia lahir dalam kesunyian dan ketenangan, dalam keluarga biasa. Namun, dalam dirinya, mimpi Allah mulai tumbuh. Ia akan berkata “ya” kepada Allah, dan melalui dirinya, Yesus, Sang Pendamai segala sesuatu, akan masuk ke dunia. Inilah cara Allah bekerja: bukan dengan kebisingan atau kekuatan, bukan dengan kebesaran duniawi, tetapi dalam kerendahan hati, kesederhanaan, dan kesabaran.
Injil memberi kita silsilah yang panjang — nama demi nama, pribadi demi pribadi, perjalanan panjang sejarah melalui orang-orang kudus namun juga orang-orang berdosa, melalui kepahlawan dan kegagalan. Mungkin terlihat monoton, tetapi hal itu memberitahu kita sesuatu yang penting: Allah berjalan bersama umat-Nya. Ia tidak menyelamatkan kita dengan tongkat sihir, sim salabim, langsung terjadi. Ia berjalan melalui sejarah, melalui generasi demi generasi, melalui kelemahan dan dosa manusia, hingga kelahiran Maria mempersiapkan jalan bagi Yesus. Allah tidak takut pada kesalahan kita; Ia masuk ke dalamnya. Dia dekat, dan Dia tidak pernah meninggalkan umat-Nya.
Pada perayaan ini, kita juga belajar bahwa Allah mendamaikan dan membuat damai bukan dalam musyawarah besar atau dokumen, tetapi dalam langkah-langkah kecil kehidupan sehari-hari. Damai dimulai dari hal-hal kecil: dalam gestur pengampunan, dalam kata-kata kebaikan, dalam mendengarkan dengan sabar, dalam menyambut orang yang berbeda. Maria menunjukkan jalan ini: kekecilannya menjadi ruang di mana damai Allah menjadi nyata.
Ada rahmat lainnya dalam perayaan hari ini: harapan. Kelahiran Maria adalah fajar keselamatan. Ini adalah tanda bahwa Allah tidak melupakan umat-Nya, bahwa janji-janji-Nya adalah benar. Seperti Yusuf dalam Injil, yang bermimpi tentang rencana Allah, kita pun diundang untuk bermimpi. Dan bahkan lebih lagi: Allah sendiri bermimpi. Ia bermimpi tentang kemanusiaan yang hidup dalam damai, sebuah keluarga umat manusia di mana tidak ada yang terpinggirkan, sebuah umat yang berjalan bersama dalam damai. Kelahiran Maria adalah secercah cahaya pertama dari mimpi ini yang terwujud.
Saat kita merayakan Kelahiran Maria, marilah kita memohon karunia persatuan dan damai. Marilah kita belajar dari kerendahan hatinya untuk berjalan bersama Allah, langkah demi langkah, dalam kerendahan hati. Janganlah kita takut pada permulaan yang kecil, pada tindakan cinta yang tersembunyi. Dalam Ekaristi pun, segala sesuatu tersembunyi dalam kerendahan hati: sepotong roti kecil, sedikit anggur — namun di sana terdapat seluruh mimpi Allah, kasih-Nya, damai-Nya, dan Putra-Nya sendiri.
Dalam kelahiran Maria, kita melihat cakrawala keselamatan Allah terbuka di hadapan kita: damai melalui kerendahan hati, rekonsiliasi melalui perjalanan bersama, dan harapan yang tidak pernah gagal.
St. Perawan Maria, Bunda kami, bimbing kami untuk ambil bagian dalam rencana keselamatan Allah, melalui hidup keseharian kami. Amin.