kekerabatan sejati

Keluarga Sejati

Selasa, 23 September 2025, Peringatan Wajib St. Pus dari Pietrelcina [Padre Pio]
Bacaan: Ezr. 6:7-8,12b,14-20Mzm. 122:1-2,3-4a,4b-5Luk. 8:19-21.

“Ibu dan saudara-saudara Yesus datang kepada-Nya, tetapi mereka tidak dapat mencapai Dia karena orang banyak. Orang memberitahukan kepada-Nya: "Ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau." Tetapi Ia menjawab mereka: "Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya," (Luk 8: 19 – 21).

Dalam Injil hari ini (Lukas 8:19–21), Yesus mengingatkan kita bahwa keluarga-Nya yang sejati adalah mereka yang mendengarkan Firman Allah dan melaksanakannya. Hal ini pasti sulit bagi sanak saudaranya saat mendengar halnya, terutama karena Injil mencatat bahwa, pada beberapa kesempatan, keluarga-Nya sendiri tidak memahami-Nya dan bahkan menganggap-Nya gila (lih. Markus 3:21). Namun, Yesus menunjukkan kepada kita kebenaran yang lebih dalam: ikatan Roh lebih kuat daripada ikatan darah.

Hubungan yang paling dalam tidak didasarkan pada nama keluarga atau warisan, tetapi pada iman yang sama, cinta yang sama, dan ketaatan yang sama terhadap kehendak Allah. Kerajaan Allah tepatnya adalah ini: sebuah komunitas di mana pria dan wanita berusaha menyelaraskan hidup mereka dengan kehendak Bapa. Itulah mengapa Yesus dapat berkata dengan tegas dan terang bahwa ibu dan saudara-saudara-Nya adalah mereka yang melakukan kehendak Allah.

Tentu saja, itu bukanlah penolakan terhadap keluarga manusia, tetapi perluasan hati yang radikal. Yesus memanggil kita untuk menjadi bagian dari keluarga yang seluas dunia, diikat bukan oleh darah tetapi oleh kasih karunia. Ketika kita berkata, “Jadilah kehendak-Mu,” dan sungguh-sungguh mengatakannya, kita memasuki persaudaraan sejati dengan Kristus.

Padre Pio yang kita peringat hari ini, hidup dalam misteri ini dengan cara yang luar biasa. Hidupnya ditandai oleh penderitaan, kesalahpahaman, dan bahkan kecurigaan dari dalam Gereja. Namun, ia tidak pernah berhenti melakukan kehendak Allah. Melalui doa, ketaatan, dan pengorbanan hidupnya, ia menjadi saudara, ayah, dan teman rohani bagi jutaan jiwa. Luka-lukanya, yang bersatu dengan luka Kristus, adalah tanda dari keanggotaan yang radikal dalam keluarga Allah.

Hari ini, kita diundang untuk menempuh jalan yang sama. Kesetiaan kepada Kristus kadang-kadang menuntut kita melepaskan ikatan lain, terhadap benda, tempat, atau orang. Namun, hal itu juga membawa anugerah besar persekutuan dengan saudara-saudari di seluruh dunia, bahkan melintasi waktu. Melakukan kehendak Allah adalah menemukan keluarga sejati kita dalam Kristus.

Tuhan, semoga kami layak menjadi saudara dan saudari-Mu. Amin.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *