Senin, 20 Oktober 2025, Senin Pekan Biasa XXIX
Bacaan: Rm. 4:20-25; MT Luk. 1:69-70,71-72,73-75; Luk. 12: 13-21.
“Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu." (Luk 12: 15)
Dalam Injil hari ini, seseorang meminta Yesus untuk menyelesaikan perselisihan yang dialaminnya dengan saudaranya mengenai warisan. Meskipun di Palestina adalah biasa membawa masalah semacam itu kepada seorang rabi, Yesus memilih untuk tidak terlibat dalam perselisihan mengenai harta benda itu. Sebaliknya, Ia menggunakan situasi ini untuk mengajarkan kepada kita sebuah pelajaran: risiko keserakahan dan nilai sejati kekayaan.
Yesus menceritakan perumpamaan tentang Orang Kaya yang Bodoh. Ia memiliki kekayaan, tetapi ia tidak kaya di mata Allah. Perumpamaan ini mengajarkan kita tiga pelajaran.
Pertama, berbagi. Kemiskinan bukan tentang memiliki sedikit, tetapi tentang menolak untuk memberi. Seseorang yang menyimpan segalanya untuk dirinya sendiri menjadi miskin di hati. Kekayaan sejati ditemukan dalam berbagi—sumber daya kita, pengetahuan kita, bahkan waktu kita. Sebuah kata penghiburan kepada sesama, telinga (hati) yang mendengarkan, atau sebuah tindakan kebaikan kecil dapat memperkaya hidup orang lain dan hidup kita sendiri.
Kedua, tidak ada yang pasti. Uang tidak dapat membeli cinta, persahabatan, atau makna. Tak jarang saya jumpai orang-orang dengan kantong tebal penuh uang tetapi hati mereka terbebani kesepian. Harta benda datang dan pergi, tetapi hubungan bertahan: cinta seorang anak, persahabatan seorang pasangan, kehadiran seorang sahabat setia. Ini adalah harta yang tidak dapat diambil oleh pencuri.
Ketiga, jadilah bijaksana. Hidup bukan tentang menimbun barang, tetapi tentang menjalani hidup setiap hari dengan baik. Ada hal-hal yang seharusnya tidak dinegosiasikan: cinta kepada anak-anak Anda, waktu bersama keluarga, percakapan yang tulus dengan sahabat, saat doa, pelukan orang tua, bahkan istirahat untuk jiwa Anda sendiri. Semua itu adalah hadiah yang tak ternilai, jauh lebih berharga daripada emas.
Perumpamaan Injil hari ini mengingatkan kita bahwa keserakahan memisahkan, tetapi kemurahan hati membuka diri kita kepada Tuhan dan sesama. Mari kita memohon kebijaksanaan kepada Tuhan agar kita dapat hidup dengan bebas, menghargai apa yang benar-benar penting, dan menjadi “kaya di hadapan-Nya.”
Tuhan, kuletakkan hidupku ke dalam tangan-Mu, sebab hanya iman dan kepercayaanku kepada-Mu yang memberi damai dan sukacita abadi. Amin.