Jumat, 17 Oktober 2025, Peringatan Wajib St. Ignasius dari Anthiokia
Bacaan: Rm. 4:1-8; Mzm. 32:1-2,5,11; Luk. 12:1-7.
“Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi.” (Luk 12: 1)
Dalam Injil hari ini, Yesus memperingatkan para murid-Nya: “Waspadalah terhadap ragi orang Farisi, yaitu kemunafikan.” Kemunafikan adalah berpura-pura menjadi sesuatu yang bukan diri kita, mengenakan topeng kebaikan sementara hati kita jauh dari Allah. Sayangnya, bahaya ini juga ada di dalam Gereja. Terkadang iri hati, kesombongan, atau hasrat akan kekuasaan tumbuh subur, bahkan di antara mereka yang mengaku melayani Allah. Maka, kita harus waspada—bukan hanya terhadap kemunafikan orang lain, tetapi terlebih terhadap risiko kita sendiri terjatuh ke dalamnya. Jangan pernah menggunakan Allah sebagai tameng untuk menyakiti orang lain.
Yesus juga mengingatkan kita bahwa “tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui.” Allah meminta kita untuk hidup dengan jujur, transparan, dan benar. Kita tidak dimaksudkan untuk hidup dalam rahasia atau penampilan palsu. Hidup dalam kebenaran adalah hidup dalam kebebasan. Jika Anda ingin bebas, belajarlah untuk berkata jujur, hidup dengan kebenaran, dan berjalan dalam cahaya Kristus.
Kemudian Yesus menguatkan kita: “Jangan takut.” Kekuatan manusia terbatas — ia dapat menyakiti tubuh, tetapi tidak pernah jiwa. Nilai sejati kita berasal dari Tuhan. Bahkan burung pipit pun dihitung dan dijaga, dan kita jauh lebih berharga daripada banyak burung pipit. Seringkali, penghinaan atau kritik membuat kita merasa tidak berharga. Tetapi di mata Allah, kita sangat berharga. Tidak ada yang lebih tinggi dari yang lain—kita semua adalah anak-anak yang dikasihi oleh Bapa yang sama.
Hari ini kita peringati St Ignasius, Uskup Antiokhia pada abad ke-1. Ia ditangkap dan dihukum untuk dilemparkan kepada binatang buas. Selama perjalanannya ke Roma, beberapa komunitas Kristen menyambutnya dengan penghormatan yang besar. Ia mengucapkan terima kasih kepada mereka melalui surat-surat yang ditulisnya selama perjalanan, mendorong mereka untuk tetap berpegang pada iman dan tetap bersatu dengan hierarki Gereja “seperti senar pada kecapi.” Menghadapi kemartirannya, Ignasius tidak pernah takut. Ia tahu benar martabatnya. Maka ia meminta umat Kristen agar tidak menghalanginya untuk mati sebagai martir, karena “aku adalah gandum Kristus; biarlah gigi singa menggilingku, agar aku menjadi roti Kristus yang suci.”
Jadi hari ini, mari kita lepaskan semua topeng dan hidup dengan jujur di hadapan Allah. Mari kita lawan rasa takut, percayalah pada kasih dan pemeliharaan Bapa, dan belajarlah untuk melihat diri sendiri dan orang lain secara bermartabat. Hari ini berdoalah Rosario untuk seseorang yang telah Anda sakiti, atau yang telah menyakiti Anda, mohonlah kepada Allah untuk menyembuhkan hati Anda dengan pengampunan.
Tuhan, semoga kami hidup sesuai dengan martabat kami sebagai anak-anak-Mu, hidup jujur dan benar, serta percaya akan cinta dan pemeliharaan-Mu. Amin.