Sabtu, 16 Agustus 2025, Sabtu Pekan Biasa XIX
Bacaan: Yos. 24:14-29; Mzm. 16:1-2a,5,7-8,11; Mat. 19:13-15.
"Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga," (Mat 19: 14)
Dalam Injil hari ini, Yesus menyambut anak-anak dengan tangan terbuka dan meletakkan tangan-Nya ke atas mereka. Tindakan yang lembut namun penuh kuasa ini kaya akan makna: menandakan berkat, pencurahan Roh Kudus, dan pelukan ilahi. Penumpangan tangan menandai setiap sakramen dalam kehidupan Kristiani — dari baptisan hingga tahbisan suci — mengingatkan kita bahwa Roh Allah berdiam di dalam diri kita dan memberi kita kuasa, terutama ketika kita merasa lemah atau tak tentu arah.
Yesus berkata, “Janganlah menghalang-halangi mereka.” Seberapa sering, dengan cara kita sendiri yang halus, kita menjadi penghalang bagi orang lain yang mencari Tuhan? Mungkin karena penghakiman, ketidakpedulian, atau kesombongan, kita mungkin tanpa sadar menghalangi jalan orang lain. Namun Yesus mengingatkan kita bahwa tidak seorang pun terlalu kecil, terlalu berbeda, atau terlalu jauh untuk mengalami kasih-Nya. Peran kita bukanlah menyeleksi siapa yang “layak” menerima Tuhan, tetapi membiarkan semua orang datang kepada-Nya — terutama mereka yang kecil dan terpinggirkan.
Kerajaan Allah adalah milik mereka yang seperti anak kecil. Bukan mereka yang kekanak-kanakan, melainkan mereka yang rendah hati, percaya, dan tidak terbebani oleh ego-nya. Dalam pelayanan, dalam keluarga, atau dalam masyarakat, kita sering dihadapkan pada pilihan: hidup dengan karunia yang Tuhan berikan, sebagai hamba yang rela berkorban, atau membiarkan karunia itu bermutasi menjadi pencarian kendali dan kuasa. Kesederhanaan seorang anak membantu kita tetap berakar dalam kebenaran: kita menerima segala sesuatu dari Tuhan, dan kita memberikan segala sesuatu kembali kepada-Nya.
Marilah kita bertanya pada diri sendiri hari ini: kapan dan di mana hasrat saya untuk berpengaruh telah mengalahkan hasrat saya untuk melayani? Apakah saya masih mendekati Tuhan dan sesama dengan keterbukaan dan kesederhanaan seorang anak kecil?
Semoga Roh Kudus, yang pertama kali diberikan kepada kita saat pembaptisan, memperbarui hati kita. Semoga kita memiliki keberanian untuk menyambut orang lain tanpa hambatan dan kerendahan hati untuk memasuki Kerajaan-Nya, bukan sebagai orang yang berkuasa, melainkan sebagai anak-anak yang digenggam dalam tangan Bapa.
“Tuhan, saat kami menjadi dewasa baik secara fisik maupun rohani, semoga kami tetap seperti anak-anak dalam kesederhanaan dan kerendahan hati, sehingga kami semakin dekat dengan-Mu. Amin.