selfie jesus disciples

Dipilih untuk Bersama-Nya

Selasa, 9 September 2025, Selasa Pekan Biasa XXIII
Bacaan: Kol. 2:6-15Mzm. 145:1-2,8-9,10-11Luk. 6:12-19.

“Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul: Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas saudara Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus, Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot, Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat.” [Luk 6: 12 - 16]

Perikope Injil hari ini bertutur tentang Yesus yang memilih para rasul-Nya. Dan alasan pertama sangat sederhana namun mendalam: Ia ingin mereka menyertai-Nya dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil. (lih. Mrk 3:14). Yesus tidak memanggil mereka pertama-tama untuk melakukan sesuatu, tetapi untuk “beserta Dia”, hidup dalam persahabatan dengan-Nya. Amatlah indah merenungkan bahwa Anak Allah menginginkan kedekatan persahabatan, bahwa Ia membutuhkan pribadi-pribadi untuk berjalan bersama-Nya. Allah, yang adalah Bapa, tidak puas sampai setiap anak-Nya kembali ke rumah-Nya.

Yesus bisa saja meninggalkan kita sebuah buku atau sistem pemikiran, tetapi Ia memilih untuk menulis pesan-Nya dalam kehidupan pribadi-pribadi, pria dan wanita. Mereka menjadi “buku hidup”-Nya. Hal ini mengingatkan kita bahwa Kristianitas bukanlah teori, tetapi kehidupan yang dibagikan. Menjadi murid berarti menjadi pembelajar — selalu belajar dari Tuhan, selalu mendengarkan Firman-Nya dengan lebih dalam, hingga saatnya kita bertemu dengan-Nya muka dengan muka.

Dan kemudian Yesus menjadikan mereka rasul — orang-orang yang diutus, duta-duta-Nya. Seorang Kristen tidak pernah hanya untuk dirinya sendiri; ia selalu diutus. Kita dipanggil untuk mewakili Kristus, tidak hanya dengan kata-kata kita tetapi dengan hidup kita, gestur kita, tutur kata kita, belas kasih kita. Dalam sebuah pelajaran agama seorang anak pernah menyebut rasul-rasul itu sebagai “sampel-sampelnya Yesus.” Ya! Setiap Kristen dimaksudkan untuk menjadi contoh hidup Kristus sendiri. Setiap orang yang berjumpa dengan kita hendaknya dapat melihat Yesus dalam diri kita.

Tetapi perhatikan bahwa orang-orang yang dipilih Yesus bukanlah orang-orang luar biasa. Mereka adalah nelayan, pemungut pajak, dan bahkan musuh masyarakat. Namun Yesus mempersatukan mereka, Matius si pemungut cukai yang dianggap pengkhianat bangsa karena mengumpulkan cukai untuk penjajah dan Simon Zelot yang nasionalis seharusnya saling membenci. Hanya Kristus yang dapat membuat lawan-lawan seperti itu hidup bersama dalam damai. Inilah mukjizat-Nya — mengubah perpecahan menjadi persekutuan.

Mari kita bertanya pada diri sendiri: Apakah aku hidup sebagai sahabat-Nya? Apakah aku membiarkan hidupku menjadi warta tentang Dia? Apakah aku menjadi duta kasih-Nya di manapun aku berada?

Tuhan, perkenankan aku bersama-Mu sebagai sahabat-Mu, belajar pada-Mu, dibangun dan berakar dalam Dikau, agar semakin pantas menjadi duta-duta kasih-Mu. Amin.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *