Selasa, 21 Oktober 2025, Selasa Pekan Biasa XXIX
Bacaan: Rm. 5:12,15b,17-19,20b-21; Mzm. 40:7-8a,8b-9,10,17; Luk. 12:35-38.
“Berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia akan mengikat pinggangnya dan mempersilakan mereka duduk makan, dan ia akan datang melayani mereka.” (Luk 12: 37)
Dalam Injil hari ini, Yesus memanggil kita untuk berjaga-jaga: “Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala. Dan hendaklah kamu sama seperti orang-orang yang menanti-nantikan tuannya.” Sabda Yesus ini bukan untuk menakut-nakuti kita, melainkan untuk membangunkan kita. Tuhan memuji hamba yang siap sedia. Pada zaman Yesus, para pekerja akan mengikatkan jubah panjang mereka di bawah ikat pinggang agar dapat bekerja dengan leluasa. Dan pelita harus dibersihkan dan diisi ulang minyaknya agar tetap menyala. Gambaran ini adalah panggilan bagi kita supaya berjaga-jaga, tetap siap sedia, hidup sedemikian rupa sehingga ketika Allah mengetuk, kita dapat membukakan pintu dengan sukacita.
Apa arti kesiapsediaan ini?
Pertama, siap sedia dan menyalakan lampu. Bersiap untuk melayani berarti membuat pilihan yang bijak. Seringkali kita terjebak dalam hal-hal yang nampaknya mendesak dan mengabaikan hal-hal yang benar-benar penting—hubungan kita, doa kita, panggilan kita. Hidup ini singkat, dan tidak ada yang tahu saatnya panggilan itu akan datang. Setiap hari adalah anugerah untuk memilih dengan baik, hidup dengan tujuan, dan menyelesaikan pekerjaan yang dipercayakan kepada kita.
Kedua, untuk terbuka kepada-Nya. Allah datang kepada kita secara terus-menerus — melalui orang-orang, melalui peristiwa, melalui suara lembut Roh Kudus. Jika hati kita mengeras karena kekecewaan atau kesombongan, kita mungkin akan melewatkan-Nya. Tetapi jika kita membiarkan-Nya masuk, Dia dapat menyembuhkan luka, memperbarui harapan, dan menjadikan hidup kita baru.
Ketiga, untuk yakin akan kasih-Nya. Janji yang paling mengagumkan dalam Injil hari ini adalah: Ia akan mengikat pinggangnya dan mempersilakan mereka duduk makan, dan ia akan datang melayani mereka yang berjaga-jaga. Bayangkanlah — Tuhan semesta alam yang bersedia melayani kita! Inilah inti iman kita: kasih Allah tidak jauh atau dingin; Ia lembut, selalu siap, dan dekat.
Mari kita hidup dengan siap sedia — bukan dalam ketakutan, tetapi dalam pengharapan. Bersihkanlah pelita imanmu, jaga hati tetap terbuka, dan percayalah bahwa ketika Tuhan datang, kita akan menemukan diri kita dipeluk oleh kasih-Nya.
Tuhan, bantulah aku untuk siap sedia akan kedatangan-Mu dan menanggapinya dengan murah hati setiap saat. Karuniai aku kepekaan hati untuk melihat Engkau dalam sesama dan peristiwa-peristiwa hidup yang aku jumpai. Amin