Kamis, 20 November 2025, Kamis Pekan Biasa XXXIII
Bacaan: 1Mak. 2:15-29; Mzm. 50:1-2,5-6,14-15; Luk. 19:41-44.
Ketika Yesus telah dekat dan melihat kota Yerusalem, Ia menangisinya, kata-Nya: "Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu!” (Luk 19: 41 – 42)
Ketika Yesus mendekati Yerusalem, Ia berhenti, memandang kota itu, dan menangis. Ia tidak melihat keindahannya, tetapi kehancuran yang akan datang — penderitaan dan kehilangan yang akan terjadi karena umat-Nya menolak jalan damai. Dalam air mata-Nya, kita melihat hati Allah yang sesungguhnya — Allah yang tidak menghakimi dari jauh, tetapi menangis untuk anak-anak-Nya ketika mereka tersesat.
Air mata Yesus bukan hanya untuk kota yang dibangun dengan batu dan tembok; melainkan untuk hati yang mengeras karena kesombongan dan kebutaan. Air mata itu untuk semua penderitaan yang tak perlu yang ditimbulkan manusia ketika menjauh dari kasih Allah. Tangisan-Nya terus berlanjut hingga hari ini — untuk kota-kota yang dikuasai kekerasan dan korupsi, untuk bangsa-bangsa yang terpecah oleh keserakahan, dan untuk hati yang telah lupa cara mencintai.
Namun, air mata Yesus bukan hanya air mata kesedihan — melainkan juga panggilan untuk bertobat. Ia mengundang kita untuk mencintai dunia kita, bukan dengan kebanggaan yang kosong, tetapi dengan hati yang murah hati siap melayani. Tidak cukup menjadi penghuni yang hanya menempati ruang; kita dipanggil untuk menjadi warga dunia yang bertanggung jawab atas kebaikan bersama, yang bekerja dan berdoa untuk keadilan, damai, dan martabat bagi semua.
Allah terus mengunjungi kita — dalam keluarga kita, komunitas kita, dan bahkan dalam perjuangan kita. Ia mungkin datang dengan tenang, melalui orang-orang miskin, melalui perbuatan baik, melalui mereka yang masih berharap akan pembaruan. Pertanyaannya adalah: apakah kita akan mengenali kehadiran-Nya, atau membiarkannya berlalu begitu saja?
Hari ini, mari kita mohon hati yang masih mampu menangis — untuk dunia kita, untuk tanah air kita, untuk semua yang menderita. Dan semoga air mata itu mendorong kita bertindak, mencintai seperti Yesus mencintai, dan membantu membangun damai yang Ia rindukan.
Tuhan, semoga kami tidak melewatkan lawatan-Mu. Ubahlah hati kami yang keras membatu dengan kuasa Roh-Mu, agar kami menyadari apa yang perlu bagi damai dan sejahtera kami. Amin.

