Jumat, 21 November 2025, Peringatan Wajib St. Perawan Maria Dipersembahkan kepada Allah
Bacaan: 1Mak. 4:36-37,52-59; MT 1Taw. 29:10,11abc,11d-2a,12bcd; Luk. 19:45-48.
Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ, kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun." (Luk 19: 45 – 46).
Dalam Injil hari ini, kita menjumpai Yesus yang masuk ke Bait Suci dan mengusir para pedagang dan para penukar uang. Ini adalah salah satu dari sedikit peristiwa kita melihat Dia bertindak dengan amarah — bukan karena amarah untuk diri-Nya sendiri, tetapi karena cinta-Nya terhadap rumah Bapa-Nya dan belas kasihan-Nya terhadap orang miskin yang dieksploitasi. Bait Suci seharusnya menjadi tempat doa dan pertemuan dengan Allah, namun telah diubah menjadi pasar di mana ibadah tertutupi oleh keserakahan. Pemurnian Bait Suci oleh Yesus, pada hakikatnya, adalah tindakan penyucian — panggilan untuk memulihkan kekudusan yang telah hilang.
Panggilan yang sama untuk kemurnian hati dan ibadah diulang dengan indah dalam perayaan hari ini: Santa Perawan Maria dipersembahkan kepada Allah. Sejak awal hidupnya, tradisi menceritakan bahwa Maria sepenuhnya dipersembahkan kepada Allah. Hatinya adalah Bait Suci yang paling murni — tak bernoda, rendah hati, dan terbuka terhadap kehendak Tuhan. Ketika Bait Suci Yerusalem telah tercemar oleh perdagangan, Maria menjadi tempat tinggal baru kehadiran Allah, murni dan tak bernoda.
Baik dalam Injil maupun peringatan hari ini, kita diingatkan bahwa Allah lebih menginginkan hati yang murni daripada bangunan megah atau ritual. Kita pun dipanggil untuk menjadi tempat tinggal Roh Kudus yang hidup — tempat di mana doa, belas kasihan, dan keadilan berkembang. Seperti Maria, kita diundang untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, bukan dalam penampilan luar, tetapi dalam kesungguhan hati.
Saat kita memperingati St. Perawan Maria Dipersembahkan kepada Allah, marilah kita memohon bantuannya untuk menjaga hati kita bebas dari kebisingan keserakahan, kesombongan, dan gangguan. Semoga ia mengajarkan kita untuk menjadikan hidup kita sebagai “rumah doa,” tempat kehadiran Allah diterima dan kasih-Nya nampak oleh orang lain.
Bunda Maria, semoga hati kami seperti hatimu, murni, rendah hati dan terbuka bagi kehendak Allah, dan layak menjadi tempat tinggal Puteramu sendiri. Amin.

