Kamis, 30 Oktober 2025, Kamis Pekan Biasa XXX
Bacaan: Rm. 8:31b-39; Mzm. 109:21-22,26-27,30-31; Luk. 13:31-35.
“Pada waktu itu datanglah beberapa orang Farisi dan berkata kepada Yesus: "Pergilah, tinggalkanlah tempat ini, karena Herodes hendak membunuh Engkau." Jawab Yesus kepada mereka: "Pergilah dan katakanlah kepada si serigala itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai. Tetapi hari ini dan besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem.” [Luk 13: 31 – 33]
Injil hari ini memberi kita gambaran hati Yesus — keberanian-Nya di hadapan bahaya, dan belas kasih-Nya yang mendalam terhadap Yerusalem.
Tidak semua orang Farisi memusuhi Yesus. Beberapa di antaranya bahkan datang untuk memperingatkan-Nya tentang rencana Herodes untuk menghabisi-Nya. Hal ini mengingatkan kita untuk menghindari prasangka terhadap orang lain. Bahkan di kalangan mereka yang sering menentang Yesus, ada yang mengagumi-Nya dan bahkan berusaha melindungi-Nya. Iman menantang kita untuk melampaui generalisasi yang berlebihan dan mencari kebaikan dalam setiap orang.
Kedua, kita mendengar jawaban Yesus yang tanpa takut. Ia menyebut Herodes sebagai “serigala”— simbol kelicikan, kebobrokan, dan ketidakberhargaan. Yesus tidak takut. Misi-Nya dipandu oleh Bapa dan tidak akan dibatasi oleh ancaman politik. Apakah ketakutan dan kekhawatiran kita menghalangi misi kita untuk mencapai orang-orang dan tempat-tempat di mana kita diutus?
Akhirnya, Yesus meratapi Yerusalem. Kasih-Nya kepada umat-Nya ditolak. Tidak ada luka yang lebih dalam daripada kasih yang ditolak. Yesus tahu rasa sakit itu, dan Ia masih merasakannya saat ini ketika orang-orang menutup hati mereka terhadap-Nya. Namun, tangisan-Nya bukanlah tangisan amarah, melainkan tangisan duka karena kasih.
Injil hari ini mendorong kita untuk merenung: Apakah kita membiarkan ketakutan atau tekanan sosial mengalihkan kita dari jalan Allah? Apakah kita menjauh atau mengabaikan cinta yang terus-menerus Yesus tawarkan kepada kita? Sama seperti Yerusalem, kita mungkin sesekali menolak panggilan-Nya. Namun, cinta dan hasrat-Nya untuk merengkuh kita dekat pada-Nya tidak pernah berhenti.
Semoga kita memiliki keberanian untuk menempatkan kehendak Allah di atas segalanya, dan kerendahan hati untuk menerima cinta-Nya. Maka kita akan menemukan damai yang tidak dapat diambil oleh kekuatan duniawi manapun.
Tuhan, kami hendak berjalan selalu bersama-Mu bahkan di tengah kesulitan hidup. Kami tahu tujuan kami: cinta kepada-Mu dan sesama, dan tidak ada yang boleh menghentikan kami. Amin.

