maria diangkat ke surga

Kemuliaan Maria, Masa Depan Kita

Minggu, 10 Agustus 2025, Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat Ke Surga
Bacaan: Why. 11:19a; 12:1-6a,10abMzm. 45:10bc,11,12ab1Kor. 15:20-26Luk. 1:39-56.

“Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus,” (Luk 1: 46 – 49).

Kita gembira bahwa Hari Raya Santa Perawan Maria diangkat ke surga ini kita rayakan pada hari Minggu, sehingga lebih banyak umat dapat ikut merayakannya. Kalau kita merayakannya tanggal 15 Agustus nanti, mungkin lebih sedikit orang yang hadir dalam Perayaan Ekaristi. Apalagi semua sedang sibuk dengan pelbagai kegiatan menjelang Perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia.

Hari Raya Maria Diangkat ke Surga merupakan salah satu perayaan terpenting bagi St. Perawan Maria. Kita, umat Katolik percaya bahwa St. Perawan Maria diangkat ke surga. Kita percaya bahwa ketika hidupnya di dunia berakhir, Maria, diangkat ke dalam kemuliaan surgawi baik tubuh maupun jiwanya, di mana ia diangkat sebagai Ratu Alam Semesta.

“Akhirnya Perawan tak bernoda, yang tidak pernah terkena oleh segala cemar dosa asal, sesudah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, telah diangkat memasuki kemuliaan di surga beserta badan dan jiwanya. Ia telah ditinggikan oleh Tuhan sebagai Ratu alam semesta, supaya secara lebih penuh menyerupai Puteranya, Tuan di atas segala tuan, yang telah mengalahkan dosa dan maut.”
Katekismus Gereja Katolik, 966.
Tweet

Dengan diangkat ke surga, Maria dibebaskan dari kematian dan kemusnahan badani yang merupakan akibat dari dosa asal. Perayaan ini juga menunjukkan bahwa Gereja secara resmi mengakui kepercayaan umat Kristiani selama berabad-abad tentang Pengangkatan Ibu Surgawi kita. Dalam Gereja Orthodox, koimesis, atau dormitio, (“jatuh tertidur”) Santa Perawan Maria diperingati pada tanggal 15 Agustus sejak abad ke-6. Tradisi tersebut perlahan-lahan menyebar ke Barat, yang kemudian kita kenal sebagai Hari Raya Maria Diangkat ke Surga. Pada abad ke-13, kepercayaan tersebut diterima oleh para teolog Katolik dan kemudian menjadi objek populer para pelukis Renaissance dan Barok. Akhirnya Pada tanggal 1 November 1950, Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga, ditetapkan sebagai Dogma, oleh Paus Pius XII, dalam Konstitusi Apostolik Munificentimus Deus. St. Perawan Maria, “setelah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, diangkat tubuh dan jiwanya ke dalam kemuliaan surgawi.” Dogma ini tidak diciptakan begitu saja. Ia mengalir dari iman, cinta, dan bakti umat Allah selama berabad-abad. Umat beriman telah lama percaya dan mengagungkan kemuliaan Maria, dan Gereja, dalam kebijaksanaannya, mendengarkan suara umat Allah. Itulah cara dogma matang — dari hati Gereja yang berdoa.

Perayaan St. Perawan Maria Diangkat ke Surga bagi kita menjadi pesta yang penuh harapan, kegembiraan, dan kelembutan. Perayaan ini menyentuh keinginan terdalam hati manusia: untuk dicintai, diingat, dan menemukan tempat tinggal di dalam Allah.

St. Perawan Maria diangkat ke surga bukan hanya tentang dirinya; ini tentang kita. Ini menyatakan kepada kita sesuatu yang indah: dalam Allah, ada tempat untuk kemanusiaan. Maria, yang sepenuhnya manusia, kini sepenuhnya ambil bagian dalam kemuliaan ilahi. Tubuhnya — yang begitu kecil, begitu rentan, tubuh yang sama yang mengandung Yesus — kini berada di Surga. Allah tidak membuang apa yang lemah; Dia mengangkatnya.

Meskipun diangkat ke surga, Maria tidak jauh. Dia tidak hilang di antara bintang-bintang. Tidak, dia dekat — sangat dekat dengan kita. Bersatu dengan Allah tidak menjauhkan dia dari kita; justru mendekatkannya. Dia mendengarkan kita. Dia menemani kita. Dia memeluk kita dengan hati yang mencerminkan hati Allah sendiri.

Injil hari ini mengingatkan kita akan rahasianya: “Berbahagialah dia yang percaya.” Maria percaya pada janji-janji Allah. Magnificat-nya, kidung sukacitanya, berasal dari keyakinannya bahwa Allah bertindak dalam sejarah, bahwa Dia mengingat yang rendah hati, bahwa rahmat-Nya abadi. Dia membuka hidupnya sepenuhnya untuk rencana Allah. Dan dengan demikian, dia menjadi Tabut Perjanjian Baru, tempat tinggal Allah yang sejati di tengah-tengah kita.

Perayaan St. Perawan Maria diangkat ke surga juga memberitahu kita: ke mana dia pergi, kita pun dipanggil untuk pergi. Ini adalah tanda harapan bagi kita semua. Dia mengingatkan kita bahwa hidup kita bukanlah perjalanan yang sia-sia, tetapi ziarah menuju sebuah rumah, sebuah rumah di mana kita sudah ditunggu, sudah dicintai. Allah menanti kita. Dia bukanlah hakim yang jauh, tetapi Bapa yang penuh kasih yang telah menyiapkan tempat bagi anak-anak-Nya.

Tetapi ada yang lebih dari itu. Jika dalam Allah ada tempat bagi manusia, maka dalam diri kita pun harus ada tempat bagi Allah. Maria menunjukkan kepada kita cara membuat ruang dalam hidup kita: melalui iman, dengan mendengarkan, dengan berkata, “Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu.” Dia mengajarkan kepada kita bahwa membuka diri kepada Allah membuat hidup kita menjadi lebih luas, bukan lebih sempit.

Jadi hari ini, marilah kita menyerahkan diri kita kepada perantaraan Bunda Kristus. Biarlah Dia mengajarkan kita untuk berpengharapan. Biarlah Dia membawa kita lebih dekat kepada Yesus. Dan semoga hati kita, seperti hatinya, menjadi tempat tinggal bagi Allah, Allah yang mengasihi, yang menyelamatkan, dan yang menanti kita.

Tuhan, aku bersyukur kepada-Mu karena telah memberikan Bunda-Mu sebagai teladan untuk kami tiru dan ikuti. Bantulah aku agar selalu terinspirasi olehnya dan semakin dekat dengan-Mu. Amin.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *