martha maria yesus

Bagian yang Terbaik: Mendengarkan dengan Hati Terbuka

Minggu, 20 Juli 2025, Minggu Biasa XVI Tahun C
Bacaan: Kej. 18:1-10aMzm. 15:2-3ab,3cd-4ab,5Kol. 1:24-28Luk. 10:38-42.

“Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." [Luk 10: 41 – 42]

Dalam Injil hari ini, Yesus memasuki rumah dua saudari: Marta dan Maria. Ini adalah momen kecil dan hening dalam Injil Lukas, tetapi sarat dengan makna mendalam bagi hidup kita. Rumah di Betania ini menjadi ruang yang kudus — tempat di mana Allah sendiri datang bukan untuk memerintah, melainkan untuk disambut, untuk diterima dengan kasih.

Kita sering membayangkan Allah begitu jauh, agung, tak tersentuh. Namun Yesus, Allah beserta kita, mengetuk pintu kehidupan sehari-hari dan rindu untuk diterima — bukan dengan kemegahan, melainkan dengan kasih. Sebagaimana dikatakan Kitab Wahyu: “Aku berdiri di muka pintu dan mengetok” (Wahyu 3:20). Allah kita rendah hati. Dia ingin masuk ke dalam hati kita, untuk menyertai kita, untuk berbicara dengan kita. Dia datang untuk menjadi sahabat kita.

Marta menyambut Yesus dengan kemurahan hati. Ia bekerja keras, melayani, mempersiapkan — ia melakukan segalanya karena kasih. Namun, ia teralihkan. Ia menjadi cemas, frustrasi, bahkan kesal. “Tuhan, tidakkah Engkau peduli?” katanya. Dan dalam kata-kata itu, kita mendengar diri kita sendiri. Seringkali, dalam pelayanan kita yang sibuk, bahkan dalam pekerjaan kita untuk Gereja, kita melupakan Dia yang untuk-Nya kita bekerja.

“Marta, Marta.” Mengapa nama itu diulang? Ini adalah cara umum dalam Kitab Suci untuk menekankan panggilan seseorang: ‘Samuel, Samuel,’ ‘Musa, Musa,’ ‘Saul, Saul.’ Marta dipanggil untuk menjadi murid. Ia adalah orang yang baik; ia memberikan dirinya, tetapi ia belum menjadi murid. Untuk menjadi murid, ia harus memahami bahwa ia perlu memprioritaskan pekerjaannya dengan mendengarkan terlebih dahulu Sabda Sang Guru, yang seharusnya membimbing semua kegiatannya. Konsekuensi dari mengabaikan hal ini: “Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara.”

Sementara itu, Maria duduk di kaki Yesus dan mendengarkan. Ia memilih “bagian yang terbaik.” Bukan karena melayani itu buruk—tidak! Tetapi karena mendengarkan harus didahulukan. Sebelum bertindak, sebelum berkata-kata, harus ada keheningan. Harus ada ruang untuk mendengarkan suara Tuhan.

Hari ini, Yesus mengajak kita untuk memperlambat langkah. Dia mengundang kita untuk duduk bersama-Nya, untuk mendengarkan. Bukan hanya dengan telinga kita, tetapi dengan hati kita. Dunia bergerak cepat. Kita tergoda untuk berbuat lebih banyak, mengisi hari-hari kita dengan tugas-tugas, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang baik. Namun tanpa mendengarkan Firman, kita berisiko menjadi seperti Marta — cemas, gelisah, dan tercerai-berai.

Janganlah kita lupa: Injil bukan hanya untuk diberitakan; Injil harus didengar. Injil harus diterima dalam keheningan hati kita. Marilah kita memilih bagian yang terbaik. Marilah kita menjadi murid yang pertama-tama duduk di kaki Sang Guru. Semoga rumah kita, paroki kita, komunitas kita, hidup kita menjadi tempat di mana Yesus tidak hanya dilayani tetapi juga dikasihi, didengarkan, dan disambut. Dan semoga Firman-Nya menjadi terang yang membimbing semua yang kita lakukan.

Semoga Santa Perawan Maria, yang merenungkan segala sesuatu dalam hatinya, mengajarkan kita keindahan mendengarkan dalam keheningan. Dan semoga Tuhan memberi kita kedamaian — kedamaian yang mengalir dari waktu yang dihabiskan di hadirat-Nya.

Tuhan, ajarlah kami mendengarkan. Amin.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *